January 22, 2010

sirikit syah berbicara tentang PEREMPUAN BERJILBAB

ini adalah tulisan dari Sirikit Syah yang ada di milis jurnalisme@yahoogroups.com, tanggal 21 Januari 2009.
(Selama ini Sirikit Syah dikenal sebagai penggiat Media Watch dan berdomisili di Surabaya)

Tahun 94-95 saya tinggal di AS. Beberapa sahabat saya laki-laki Afrika dan Amerika mengomentari para perempuan Malaysia yang menutup auratnya termasuk rambutnya. Saya belum berjilbab. Kata laki-laki: "Kalau saya mau kawin, saya gak mau sama perempuan-perempuan Malaysia itu. Seperti beli kucing dalam karung. Gak tahu bentuk tubuhnya, kepalanya, warna kulitnya." Dasar laki-laki! Sebagai perempuan, saya bela perempuan Malaysia: "Bersyukurlah perempuan itu tidak kau kawini, lelaki yang hanya berorientasi pada tubuh dan seks. Mereka menunggu lelaki yang baik, yang akan melamar mereka karena tujuan perkawinan yang lebih luhur."

Sekarang saya berjilbab. Ada saja yang mengejek saya, berjilbab karena sudah tidak muda lagi, berjilbab karena ingin menyembunyikan mundurnya kualitas keindahan rambut, warna kulit, dan bentuk tubuh, berjilbab karena tidak PD (percaya diri), berjilbab karena pengaruh Arab, berjilbab karena dipaksa suami yang kuatir istrinya terlalu menarik bagi rekan-rekan kerja dan relasinya, dst .......

Saya heran di milis yang saya kira intelek ini masih ada laki-laki yang mengatakan "orang berjilbab itu rendah diri dan tunduk pada Arab". Sungguh saya heran pada level intelektual macam ini yang menjadi anggota milis ini. Tentu ada yang tidak suka pada orang berjilbab dan berjubah. tetapi itu selera pribadi, dan tak membuatnya berhak mengejek/mengecam. Banyak juga orang yang tidak suka melihat perempuan mengurai rambutnya dan mempertontokan ketiak dan pusernya. Tetapi saya tak pernah membaca rekan Muslim/Muslimah di milis ini yang mengata-ngatai atau mencela golongan perempuan semacam itu. Cukup disimpan sebagai pendapat pribadi. kebebasan berpendapat, bila diumbar, akan menimbulkan friksi yang tak perlu.

Ada orang mengata-ngatai jilbab dan lainnya diam saja, tetapi ketika serangan dibalas, orang lain yang tadinya diam saja malah bilang "bosan ah!".

Saya mengamati para pemakai jilbab ada yang sangat cantik, berkulit bersih, rambutnya indah, tubuhnya langsing. Mengapa mereka menutup dirinya? Karena menurut mereka, "kecantikan bukan barang dagangan". menurut mereka "kalau ada yang melamar aku, biarlah mereka melamar karena kepribadian atau intelektualitasku. "

Saya sendiri merasa jauh lebih cantik kalau tidak berjilbab. Aku pakai jilbab apa saja tidak pantas. Tak pandai merangkai kain di atas kepala, tidak sempat pula, terburu-buru setiap berangkat kerja. Jujur, aku merasa diriku tidak makin menarik dengan berjilbab dan baju serba tertutup. Saudara-saudaraku ada yang mencela penampilanku seperti pembantu rumah tangga, TKW, dll. tetapi aku sangat PERCAYA DIRI. Aku percaya kalau aku datang di sebuah pertemuan atau kerumuman, mereka melihat what is inside me, who I really am, bukan baguskah bajunya? Orang-orang mendengarkan aku. Aku sangat PD dalam hal ini. Aku tidak pusing dengan baju agak kedodoran, tidak match dengan jilbab, jilbab yang sekadar disampirkan. Aku tak peduli keindahan rambutku tersembunyi. Aku cuek aja kelihatan lebih jelek. Aku berjilbab BUKAN UNTUK KELIHATAN LEBIH MENARIK. Dan aku melihat banyak perempuan berjilbab, cantik atau tidak cantik, tidak pusing-pusing. Mereka adalah orang yang paling
percaya diri yang pernah aku temui.

Tanpa bermaksud mencela, aku sering berpikir ketika melihat perempuan cantik berkulit putih bersih, pakai hot pants sampai pangkal paha, mulus kakinya, perutnya terbuka, bagus pusernya, pakai tank top, halus juga ketiak dan pundaknya, serta rambut yang indah terurai. Aku berpikir: "apa yang tersisa bagi suami mereka kelak?", juga "apakah mereka tidak cukup PD sehingga mempertontonkan milik mereka yang paling berharga?" Mudah-mudahan mereka bukan golongan orang yang tidak PD, atau yang menjual tubuh dan seksualitas untuk memenangkan pergaulan atau perkawinan. Sekali lagi ini bukan celaan, melainkan counter-argument atas tuduhan "perempuan berjilbab adalah orang minder". Semoga tak ada lagi di antara kita yang saling mencela. Perbedaan itu kekayaan. Di Indonesia ada yang pakai sarung gaya orang Madura, ada yang pakai pantalon gaya barat, ada yang pakai jubah gaya Arab. Anda termasuk yang mana? Kebebasan berpendapat tidak perlu menanggalkan sopan santun.

salam,
sirikit syah



best regards,
MAY ICHI YN

No comments:

Post a Comment