November 24, 2010

CHICHI dan PERNIKAHAN

Betapa sederhana hidup ini, sesungguhnya yang pelik cuma liku dan tafsirannya (Rumah Kaca - Pramoedya Ananta Toer)

mungkin seperti itulah yang paling tepat menggambarkan pendapatku tentang PERNIKAHAN. sederhana tapi memiliki tafsiran yang berliku -yang justru membuatku ketakutan terhadap hal tersebut. yup, aku takut dengan PERNIKAHAN.



------

bagi sebagian orang, menikah adalah sebuah tahapan hidup yang harus dilakukan (yang mendebarkan, dan selalu ditunggu-tunggu). konsep tentang adanya seorang pendamping yang setia hingga akhir hidup kita- tentunya menjadi daya tarik yang kuat.
cerita klasik tentang Cinderella tentunya mewakili tentang keindahan sebuah kisah hidup sempurna yang ditutup dengan pernikahan. gaun putih dan sebuket bunga dengan seorang lelaki yang menggandeng tangan kita erat, seolah menjadi impian klasik bagi gadis-gadis yang merindukan pernikahan.


tapi entah kenapa, hal itu tidak berlaku bagiku.

setiap menghadapi teman atau kerabat yang sedang menceritakan pernikahan, aku justru lebih menunjukkan sikap sinis. dan ke-sinis-anku itu akan bertambah besar ketika menghadapi orang-orang yang berpendapat bahwa pernikahan itu adalah tahap lanjutan setelah kita lulus dari dunia perkuliahan.


hei!!
hidup tak seperti itu. lulus kuliah tak berarti harus ngebet mencari lelaki yang mau menikahi kita. masih banyak hal yang bisa kita lakukan, selain sibuk memikirkan ketakutan jika menjadi perawan tua. pikirkan keinginan untuk menjadi sukses, pikirkan keinginan untuk membahagiakan lingkungan sekitar kita, atau pikiran-pikiran yang lain.
yang jelas, hidup kita bukan hanya sekedar sibuk memikirkan pernikahan.

yang perlu ku tekankan lagi adalah..
jangan pernah takut untuk menjadi perawan tua. gak perlu ngoyo mencari lelaki karena hanya sekedar gak enak gara-gara digosipin tetangga sebagai perawan tua.
kenapa juga harus memperhatikan orang lain yang sedang bergunjing tentang kita. hidup kita adalah milik kita. kita yang menentukan. persetan dengan asumsi-asumsi tak berdasar yang disebarkan oleh orang lain.


selain itu,
jikalaupun kalian sudah menemukan lelaki yang siap menjadi pendamping hidupmu, apakah kalian sudah siap MENIKAH??
menikah tidak hanya berbicara tentang ijab dan qobul lalu sah untuk melakukan hubungan seksual.
MENIKAH LEBIH DARI PADA ITU.

untuk awalnya sajalah..

bisakah kalian memastikan bahwa lelaki itu akan terus dan selamanya hanya memandang kita..?
apakah kalian bisa memastikan bahwa lelaki kita tidak akan berpaling ke wanita lain setelah menikah dengan kita??

itu susah kan?
konsep mengenai seseorang yang hanya akan tertawa di depan kita,
konsep mengenai tidur selamanya bersama satu orang saja,
dan menutup mata di pelukan dia.

itu menakutkan.
seperti apa?? kapan aku menemukan?? itu menakutkan bagiku.


yang jelas,
aku tidak men-tabu-kan PERNIKAHAN. tapi aku lebih memilih untuk hidup sebagai perawan tua daripada harus ngoyo mengejar pernikahan. aku tidak akan takut untuk hidup diluar jalur normal yang ada di dalam masyarakat.

aku lebih memilih untuk hidup sebagai perawan tua daripada harus hidup dengan pernikahan yang terjadi karena tekanan orang lain.

August 16, 2010

Hasta Brata

menjadi seorang pemimpin memang tidak pernah mudah. tuntutan yang datang terus menerus dan mengorbankan diri sendiri, serta tidak boleh mengeluh, menjadi alasan kenapa susah banget menjadi seorang pemimpin.

begitu pula dengan aku.
rasanya ingin selalu menang sendiri, pusing pengen banget mengeluh, ataupun rasanya ingin memberontak dan memilih tidur daripada bekerja memimpin segerumbulan orang.
pokoe cuma ingin teriak
"akuuuu capeeeekkk"
kayaknya memang aku masih belum pantas menjadi seorang pemimpin.

tapi di dalam pergulatan kewajiban menjadi pemimpin tersebut, aku kemudian teringat dengan salah satu partnerku, Rendi Johan Prasetyo.
saat itu dia adalah partnerku sebagai Pradana di Ambalan Gajah Mada-Kartini SMAN 2 Pare. aku menaruh hormat sangat tinggi kepada lelaki ini. pendiam, namun lihat gerakannya. pada awalnya aku agak pesimis dengan orang ini, dan dengan cepat dia merubahnya. membuatku takluk dan memberikan hormatku kepadanya.

wibawanya. kemampuannya sebagai pemimpin, menunjukkan bahwa dia memang istimewa. dan juga dialah yang memberiku pelajaran tentang HASTA BRATA. peganganku yang kuanut hingga sekarang.


==========================================================================

HASTA BRATA adalah konsep mengenai kepemimpinan yang dikenal oleh masyarakat Jawa. Istilah ini diambil dari buku Ramayana karya Yasadipura I yang hidup pada akhir abad ke-18 (1729-1803) di Keraton Surakarta.

diceritakan bahwa konsep Hasta Brata bermulai dari kematian Raja Rama. berhembus kabar bahwa telah hilang 8 permata kerajaan. semua orang akhirnya ribut mencarinya, termasuk Raden Arjuna. namun usaha tersebut sia-sia. tidak seorangpun dapat menemukannya. karena frustasi, Raden Arjuna pun menghadap gurunya untuk mengadu.

Akhirnya Raden Arjuna memutuskan untuk laku prihatin, dengan cara Tapa Brata dan Tarak Brata. dari laku prihatin tersebut, barulah Raden Arjuna sadar, bahwa 8 permata kerajaan tersebut hanyalah simbol.

Hasta = delapan,
Brata = langkah
Hasta Brata maknanya adalah delapan laku yang harus dimiliki oleh seseorang ketika menjadi seorang pemimpin. 8 watak pemimpin ini adalah gambaran dari manusia paripurna. namun, karena saking sulitnya untuk dijalani, 8 watak ini menjadi parameter pemimpin ideal.

kedelapan watak ini meliputi delapan karakter unsur-unsur alam, yaitu : bumi, langit, angin, samudra-air, rembulan, matahari, api, dan bintang. bila seorang pemimpin dapat mengadopsi delapan watak tersebu, maka ia akan menjadi pemimpin yang adil, jujur, berwibawa, arif, dan bijaksana. Hal ini berlaku pula untuk masyarakat luas, bilamana seseorang dapat mengadopsi ilmu Hasta Brata, maka ia akan menjadi seseorang yang hambeg utama, berwatak mulia, dan luhur budi pekertinya.

1. Watak Bumi (Hambeging Kisma)

Digambarkan watak Bethara Wisnu sebagai karakter bumi yang memiliki sifat kaya akan segalanya dan suka berderma. Pemimpin yang mengikuti sifat bumi adalah seseorang yang memiliki sifat kaya hati. Dalam terminologi Jawa kaya hati disebut sabardrono, ati jembar, legawa dan lembah manah. Rela menghidupi dan menjadi sumber penghidupan seluruh makhluk hidup. Bumi secara alamiah juga berwatak melayani segala yang hidup. Bumi dengan unsur tanahnya bersifat dingin tidak kagetan dan gumunan, sebaliknya bersifat luwes (fleksibel) mudah adaptasi dengan segala macam situasi dan kondisi tanpa harus merubah unsur-unsur tanahnya. Maknanya, sekalipun seseorang bersifat mudah adaptasi atau fleksibel namun tidak mudah dihasut, tak mempan diprovokasi, karena berbekal ketenangan pikir, kebersihan hati, dan kejernihan batinnya dalam menghadapi berbagai macam persoalan dan perubahan.

Bumi juga selalu menempatkan diri berada di bawah menjadi alas pijakan seluruh makhluk. Artinya seseorang yang bersifat bumi akan bersifat rendah hati, namun mampu menjadi tumpuan dan harapan orang banyak. Sifat tanah berlawanan dengan sifat negatif api. Maka tanahlah yang memiliki kemampuan efektif memadamkan api. Api atau nar, merupakan ke-aku-an yang sejatinya adalah “iblis” yakni tiada lain nafsu negatif dalam diri manusia. Seseorang yang bersifat bumi atau tanah, tidak akan lepas kendali mengikuti jejak nafsu negatif.

Bumi dalam hukum adi kodrati memiliki prinsip keseimbangan dan pola-pola hubungan yang harmonis dan sinergis dengan kekuatan manapun. Namun demikian, pada saat tertentu bumi dapat berubah karakter menjadi tegas, lugas dan berwibawa. Bumi dapat melibas kekuatan apapun yang bertentangan dengan hukum-hukum keseimbangan alam. Seseorang yang memiliki watak bumi, dapat juga bersikap sangat tegas, dan mampu menunjukkan kewibawaannya di hadapan para musuh dan lawan-lawannya yang akan mencelakai dirinya. Akan tetapi, bumi tidak pernah melakukan tindakan indisipliner yang bersifat aksioner dan sepihak. Karena ketegasan bumi sebagai bentuk akibat (reaksi) atas segala perilaku disharmoni.

2. Watak Matahari (Hambeging Surya)

Matahari bersifat menerangi. Seseorang yang berwatak matahari akan selalu menjadi penerang di antara sesama sebagaimana watak Bathara Surya. Mampu menyirnakan segala kegelapan dalam kehidupan. Kapanpun dan di manapun ia akan selalu memberikan pencerahan kepada orang lain. Matahari juga menghidupi segala makhluk hidup baik tumbuhan, hewan dan manusia. Manfaat matahari menjadi penghangat suhu agar tidak terjadi kemusnahan massal di muka bumi akbiat kegelapan dan kedinginan. Seseorang yang berwatak matahari, ia menjadi sumber pencerahan bagi kehidupan manusia, serta mampu berperan sebagai penuntun, guru, pelindung sekaligus menjalankan dinamika kehidupan manusia ke arah kemajuan peradaban yang lebih baik. Sikap dan prinsip hidup orang yang berwatak matahari, ia akan konsisten, teguh dalam memegang amanat, ora kagetan (tidak mudah terkaget-kaget), ora gumunan (tidak gampang heran akan hal-hal baru dan asing).

Seseorang watak matahari ibarat perjalanan matahari yang berjalan pelan dalam arti hati-hati tidak terburu-buru (kemrungsung), langkah yang pasti dan konsisten pada orbit yang telah dikodratkan Tuhan (istikomah). Lakuning srengenge, seseorang harus teguh dalam menjaga tanggungjawabnya kepada sesama. Tanggungjawabnya sebagai titah (khalifah) Tuhan, yakni menetapkan segala perbuatan dan tingkah laku diri ke dalam “sifat” Tuhan. Tuhan Maha Mengetahui; maka kita sebagai titah Tuhan hendaknya terus-menerus berusaha mencari ilmu pengetahuan yang seluas-luasnya dan setinggi-tingginya agar ilmu tersebut bermanfaat untuk kemajuan pradaban manusia, menciptakan kebaikan-kebaikan yang konstruktif untuk kemaslahatan semua orang dan menjaga kelestarian alam sekitarnya.

3. Watak Bintang (Hambeg Kartika)

Kartika atau bintang berwatak selalu mapan dan tangguh, walaupun dihempas angin prahara (sindhung riwut) namun tetap teguh dan tidak terombang-ambing. Sebagaimana watak Bathara Ismaya, dalam menghadapi persoalan-persoalan besar tidak akan mundur selangkahpun bagaikan langkahnya Pendawa Lima. Sifat Bethara Ismaya adalah tertata, teratur, dan tertib. Mampu menghibur yang lagi sedih, dan menuntun orang yang sedang mengalami kebingungan, serta menjadi penerang di antara kegelapan. Seseorang yang mengadopsi perilaku bintang, akan memiliki cita-cita, harapan dan target yang tinggi untuk kemakmuran dan kesejahteraan tidak hanya untuk diri sendiri namun juga orang banyak. Maka sebutan sebagai “bintang” selalu dikiaskan dengan suatu pencapaian prestasi yang tinggi. Posisi bintang akan memperindah kegelapan langit di malam hari. Orang yang berwatak bagai bintang akan selalu menunjukkan kualitas dirinya dalam menghadapi berbagai macam persoalan kehidupan.

4. Watak Rembulan (hambeg Candra)

Candra atau rembulan, berwatak memberikan penerang kepada siapapun yang sedang mengalami kegelapan budi, serta memberikan suasana tentreman pada sesama. Rembulan membuat terang tanpa membuat “panas” suasana (dapat ikannya, tanpa membuat keruh airnya). Langkah rembulan selalu membuat sejuk suasana pergaulan dan tidak merasa diburu-buru oleh keinginannya sendiri (rahsaning karep). Watak rembulan menggambarkan nuansa keindahan spiritual yang mendalam. Selalu eling dan waspadha, selalu mengarahkan perhatian batinnya senantiasa berpegang pada kodrat Ilahi (musyahadah). Lakuning rembulan, seseorang mampu “nggayuh kawicaksananing Gusti” artinya mampu memahami apa yang menjadi kehendak (kebijaksanaan) Hyang Widhi. Setelah memahami, lalu kita ikuti kehendak Tuhan menjadi sebuah “laku tapa ngeli” artinya kita hanyutkan diri pada kehendak Ilahi. Witing klapa salugune wong Jawa, dhasar nyata laku kang prasaja.

Orang yang berwatak rembulan, selalu mengagumi keindahan ciptaan Tuhan yang tampak dalam berbagai “bahasa” alam sebagai pertanda kebesaran Tuhan. Rembulan purnama menjadi bahasa kebesaran Tuhan yang indah sekali. Orang-orang tua dan anak-anak zaman dahulu selalu bersuka ria saat merayakan malam bulan purnama. Karena menyaksikan keindahan malam bulan purnama, bagai membaca “ayat-ayat” Tuhan, mampu menggugah kesadaran batin dan akal-budi manusia akan keagungan Tuhan. Sayang sekali kebiasaan itu sudah dianggap kuno, kalah dengan hiburan zaman modern yang kaya akan tawaran-tawaran hedonis. Bahkan secara agama, kebiasaan merayakan “padhang mbulan“ oleh orang-orang tertentu dianggap sebagai tradisi yang sia-sia karena tidak menimbulkan pahala. Padahal bulan purnama memiliki khasiat lain sebagai media terapi lahir dan batin di saat terjadi berbagai kegelisahan jiwa. Sinar bulan purnama sangat baik untuk mengobati segala macam penyakit dengan cara menjemur diri di bawah sinar bulan purnama. Apalagi disertai dengan semedi sebagai wahana olah raga dan olah rasa. Itulah mengapa leluhur kita zaman dahulu melakukan semadi pada saat datangnya bulan purnama.

5. Watak Samodra

Mengambil sisi positif dari watak samodra. Samodra atau lautan memiliki karakter yang dapat memuat apa saja yang masuk ke dalamnya. Walaupun berupa sampah industri dan rumah tangga, bangkai anjing, bangkai manusia, semua dapat diterima dengan sikap tulus tidak pernah menggerutu. Dalam terminologi Jawa terdapat kalimat permohonan maaf sebagai berikut; nyuwun lumebering sih samodra pangaksami bilih wonten kathahing kalepatan. Watak samudra maknanya adalah hati yang luas, penuh kesabaran, serta siap menerima berbagai keluhan atau mampu menampung beban orang banyak tanpa perasaan keluh kesah. Samodra menggambarkan satu wujud air yang sangat luas, namun di dalamnya menyimpan kekayaan yang sangat bernilai dan bermanfaat untuk kehidupan manusia. Namun samodra tidak pernah pamer potensinya yang bernilai besar kepada orang banyak. Samodra memendam segala kemampuan, kelebihan dan potensinya berada dalam kandungan air yang dalam. Watak samodra menggambarkan jalma tan kena kinira, orang yang tampak bersahaja, tidak norak, tidak dapat disangka-sangka sesungguhnya ia menyimpan potensi yang besar di berbagai bidang, namun tabiatnya sungguh jauh dari sifat takabur, atau sikap menyombongkan diri.

Manusia watak samodra, tidak pernah membeda-bedakan golongan, kelompok, suku, bangsa, dan agama. Semua dipandang sama-sama makhluk ciptaan Tuhan yang memiliki kesamaan derajat di hadapan Tuhan. Yang mebedakan adalah akal-budinya, keadaan batin, serta perbuatannya terhadap sesama. Dalam bidang keilmuan, watak samodra akan sangat arif dan bijaksana. Sekalipun berilmu tinggi ia sangat merendah bahkan berlagak bodoh. Sebagaimana watak Bima Sena, yang mampu menutupi (tidak pamer) akan ilmunya yang luas, sehingga dapat menyesuaikan diri secara sempurna dengan siapapun dan di manapun ia berada. Satu lagi, watak samodra yang paling dahsyat adalah kemampuannya untuk menetralisir segala yang kotor dan polutan. Limbah tak bertanggungjawab yang dibuang ke laut akan diproses secara-pelan-pelan dan akhirnya racun dan bakteri yang masuk ke laut akan tak berdaya bergulat dengan molekul air samodra yang jenuh akan unsur garam. Orang berwatak samodra akan mampu mengurai dan memberikan jalan penyelesaian berbagai problema yang ia hadapi, maupun problema yang dialami orang lain. Bersediakah Anda berwatak nyegoro ?

Watak Air (Hambeg Tirta)

Mengambil sisi positif dari watak maruta. Tirta atau air berwatak selalu rendah hati dalam perilaku badan (solah) dan perilaku batin (bawa) atau andhap asor. Selalu menempatkan diri pada tempat yang rendah, umpama perilaku dinamakan rendah hati (lembah manah) dan sopan santun (andhap asor). Orang yang berwatak air akan selalu rendah hati, mawas diri, bersikap tenang, mampu membersihkan segala yang kotor. Air selalu mengalir mengikuti lekuk alam yang paling mudah dilalui menuju samodra. Air adalah gambaran kesetiaan manusia pada sesama dan pada kodrat Tuhan. Air tidak pernah melawan kodrat Tuhan dengan menyusuri jalan yang mendaki ke arah gunung, meninggalkan samodra. Orang yang berwatak air, perbuatannya selalu berada pada kehendak Tuhan, jalan yang ditempuh selalu diberkahi Gusti Kang Murbeng Dumadi. Sehingga watak air akan membawa seseorang menempuh jalan kehidupan dengan irama yang paling mudah, dan pada akhirnya akan masuk kepada samodra anugrah Tuhan Yang Maha Besar. Tapi jangan mengikuti watak air bah, tsunami, lampor, rob, yang melawan kodrat Tuhan, perbuatan seseorang yang menerjang wewaler, religi, tatanan sosial, tata krama, hukum positif, serta hukum normatif.

Berwatak air, akan membawa diri kita dalam sikap yang tenang, tak mudah stress, tidak mudah bingung, tidak gampang kagetan, lemah-lembut namun memiliki daya kekuatan yang sangat dahsyat. Sikap kalem tidak bertabiat negatif. Namun hati-hatilah karena orang sering merasa sudah mengikuti watak air, namun tidak menyadari yang diikuti adalah air bah, maknanya adalah watak cenderung membuat kerusakan, diburu-buru, tanpa perhitungan, asal ganyang, buta mata akan resiko, yang penting gasak dulu, urusan dipikir dibelakang (pecicilan/pencilakan/cenanangan/jelalatan).

6. Watak Langit (Hambeg Akasa)

Akasa atau langit. Bersifat melindungi atau mengayomi terhadap seluruh makhluk tanpa pilih kasih, dan memberi keadilan dengan membagi musim di berbagai belahan bumi. Watak langit ini relatif paling sulit diterapkan oleh manusia zaman sekarang, khususnya di bumi nusantara ini. Seorang pemimpin, negarawan, politisi, yang mampu bersikap tanpa pilih kasih dan bersedia mengayomi seluruh makhluk hidup, merupakan tugas dan tanggungjawab yang sangat berat. Apalagi di tengah kondisi politik dan kehidupan bermasyarakat yang cenderung mencari benarnya sendiri, mencari untungnya sendiri, dan mencari menangnya sendiri. Tidak jarang seseorang, atau wakil rakyat yang hanya memperjuangkan kepentingan partainya saja, bukan kepentingan bangsa. Bahkan anggota legislatif, pimpinan masyarakat, para aktor intelektual, pemuka spiritual terkadang tak menyadari sedang mengejar kepentingannya sendiri, atau kepentingan kelompoknya saja. Orang-orang di luar diri atau kelompoknya dianggap tidak penting untuk diayomi. Orang yang berbeda peristilahan, bahasa, budaya, adat istiadat, dan tradisi sekalipun sebangsa dan setanah air, tetap saja diasumsikan sebagai orang yang tak perlu di bela dan dilindungi. Bahkan orang-orang tersebut dianggap sesat, pembual, pembohong, penipu. Prasangka-prasangka negatif ini sangat bertentangan dengan watak akasa. Akasa atau langit akan melihat secara gamblang beragamnya persoalan kehidupan di muka bumi ini. Kewaskitaan akasa seumpama mata satelit, ia akan menyaksikan bahwa ternyata di atas bumi ini terdapat ribuan bahkan jutaan jalan spiritual menuju satu titik yang sama, meskipun jalan yang ditempuh sangat beragam dan berbeda-beda. Maka watak langit tak suka menyalahkan orang lain, tak suka menghujat sesama, tak suka memaki dan mengumpat sekalipun terhadap orang yang memusuhinya. Itulah watak langit, sebagaimana terdapat pada Bethara Indra. Justru terhadap semua manusia apapun watak, dan bagaimanapun sikapnya Bethara Indra akan selalu ngemong sesama, mampu mengelola watak mengalah, mampu menahan diri, meredam emosi, dan membimbing seluruh makhluk hidup dengan cara yang penuh dengan kasih sayang. Dalam manajemen perilaku Jawa, sikap ini selalu diutamakan terutama dalam pasamuan, bebrayan (bermasyarakat), pertemuan, diskusi, dan dalam berbagai pergaulan. Maka watak Jawa menuntut perilaku hambeg utama, lumuh banda, luhur dalam budi pekerti atau solah (perilaku jasad) dan bawa (perilaku batin). Sedangkan terhadap yang masih bodoh, sikapnya tiada pernah mempermalukan dan meremehkan. Itulah watak Bathara Indra, sebagai watak akasa atau langit. Sayang sekali, watak ini sudah terkena polusi “watak asing” yang menjadikan seseorang tidak canggung mencaci orang lain yang berada di luar kelompoknya, dan menyalahkan orang yang tak sepaham dengannya. Salah satu sikap, bila ingin mengaplikasi watak Bathara Indra, bilamana kita berangkat dengan kesadaran bahwa ilmu pengetahuan yang kita kuasai seumpama sebutir debu yang beterbangan, maka kita tak akan pernah memiliki watak merasa paling benar dan pandai. Karena rahasia ilmu yang terdapat di jagad raya ini adalah sebanyak debu yang ada di seluruh alam semesta.

7. Watak Angin (Hambeg Maruta)

Maruta atau angin atau udara. Mengambil sisi positif dari watak angin Bathara Bayu. Angin memiliki watak selalu menyusup di manapun ada ruang yang hampa, walau sekecil apapun. Angin mengetahui situasi dan kondisi apapun dan bertempat di manapun. Kedatangannya tidak pernah diduga, dan tak dapat dilihat. Seseorang yang berwatak samirana atau angin, maknanya adalah selalu meneliti dan menelusup di mana-mana, untuk mengetahui problem-problem sekecil apapun yang ada di dalam masyarakat, bukan hanya atas dasar kata orang, katanya, konon, jare, ceunah ceuk ceunah. Watak angin mampu merasakan apa yang orang lain rasakan (empati), orang berwatak angin akan mudah simpati dan melakukan empati. Watak angin sangat teliti dan hati-hati, penuh kecermatan, sehingga seorang yang berwatak angin akan mengetahui berbagai persoalan dengan data-data yang cukup valid dan akurat. Sehingga menjadi orang yang dapat dipercaya dan setiap ucapannya dapat dipertanggungjawabkan.

8. Watak Api (Hambeg Agni)

Agni atau api atau dahana. Yang diambil adalah sisi positif dari watak api yakni Bathara Brahma. Watak api adalah mematangkan dan meleburkan segala sesuatu. Seorang yang mengambil watak api akan mampu mengolah semua masalah dan kesulitan menjadi sebuah pelajaran yang sangat berharga. Ia juga bersedia untuk melakukan pencerahan pada sesama yang membutuhkan, murah hati dalam mendidik dan menularkan ilmu pengetahuan kepada orang-orang yang haus akan ilmu. Mematangkan mental, jiwa, batin sesama yang mengalami stagnansi atau kemandegan spiritual. Api tidak akan mau menyala tanpa adanya bahan bakar. Maknanya seseorang tidak akan mencari-cari masalah yangbukan kewenangannya. Dan tidak akan mencampuri urusan dan privasi orang lain yang tidak memerlukan bantuan. Api hanya akan melebur apa saja yang menjadi bahan bakarnya. Seseorang mampu menyelesaikan semua masalah yang menjadi tanggungjawabnya secara adil (mrantasi ing gawe). Serta tanpa membeda-bedakan mana yang mudah diselesaikan (golek penake dewe), dan tidak memilih berdasarkan kasih (pilih sih) , memilih berdasarkan kepentingan pribadinya (golek butuhe dewe).








sumber :

http://kalimasada.blogdetik.com/2009/04/29/hasta-brata-profil-pemimpin-ideal/

http://sabdalangit.wordpress.com/2009/02/10/pusaka-hasta-brata-calon-presiden-harus-memiliki/

http://biangpenasaran.blogspot.com/2008/05/hasta-brata.html

http://chiell.wordpress.com/2008/03/22/hasta-brata-filosofi-kepemimpinan-jawa/

August 09, 2010

Daoed Joesoef - Penolakan Bakrie Award


Acara pemberian anugerah Ahmad Bakrie, Kamis malam pekan lalu, berlangsung tanpa kehadiran Daoed Joesoef, 84 tahun. Bersama penyair Sitor Situmorang, sepekan sebelumnya bekas Menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu memang telah menyatakan menolak penghargaan serta hadiah uang Rp 250 juta itu. Ekonom lulusan Sorbonne University tersebut menjelaskan alasan penolakannya.


Apa yang membuat Anda menolak Bakrie Award?

Saya bilang kepada Ulil Abshar dari Freedom Institute yang ditugaskan mengadakan acara, kalau namanya Ulil Award, mungkin akan saya terima. Tidak usah ada uangnya. Saya hargai penghargaan mereka, tapi rasa kemanusiaan saya yang menolak itu.

Apa yang mengusik rasa kemanusiaan Anda?

Saya selama ini berani melawan siapa pun, kecuali nurani saya. Nurani saya mengatakan penghargaan ini datang dari kelompok usaha Bakrie, yang menimbulkan malapetaka di Jawa Timur berupa perusakan alam dan penderitaan ribuan orang.

Alasan ini murni kemanusiaan, bukan karena ada sentimen terhadap Grup Bakrie?

Tidak ada unsur lain selain kemanusiaan dan hati nurani. Saya mengenal Bakrie tapi tidak secara dekat, tidak ada permasalahan personal, apalagi politik. Saya ini orang yang tidak berpolitik. Penolakan ini semua ada filosofinya.

Apa filosofi yang membuat Anda menolak penghargaan ini?

Ibu saya mengatakan, dalam hidup ini, adakalanya kita menerima dan memberi. Tangan orang yang menerima selalu ada di bawah tangan orang yang memberi. Apalagi tangan yang memberi itu berlumpur? Jadi bersihkan dulu tangan itu.

Adakah keluarga atau teman yang menentang penolakan itu?

Wah, tidak ada, mereka sudah tahu soal ini. Dua tahun lalu saya membuat pameran lukisan yang menggambarkan keprihatinan atas bencana lumpur itu. Judulnya Ratapan Kemanusiaan.

Apa pesan di balik penolakan ini?

Dalam berbisnis, kita berhubungan dengan manusia dan alam. Jangan sampai demi mencari untung, kita merusak alam. Alam ini buku kedua dari Tuhan, buku pertama tentu kitab suci. Bahasa dari alam adalah ilmu pengetahuan, jadi jangan kita rusak.





hasil wawancara dengan Daoed Joesoef

Bung Hatta dan Sepatu Bally

Pada tahun 1950-an, Bally adalah sebuah merek sepatu yang bermutu tinggi dan tidak murah. Bung Hatta, Wakil Presiden pertama RI, berminat pada sepatu itu. Ia kemudian menyimpan guntingan iklan yang memuat alamat penjualnya, lalu berusaha menabung agar bisa membeli sepatu idaman tersebut.

Namun, uang tabungan tampaknya tidak pernah mencukupi karena selalu terambil untuk keperluan rumah tangga atau untuk membantu kerabat dan handai taulan yang datang untuk meminta pertolongan. Hingga akhir hayatnya, sepatu Bally idaman Bung Hatta tidak pernah terbeli karena tabungannya tak pernah mencukupi.

Yang sangat mengharukan dari cerita ini, guntingan iklan sepatu Bally itu hingga Bung Hatta wafat masih tersimpan dan menjadi saksi keinginan sederhana dari seorang Hatta. Pada hal, jika ingin memanfaatkan posisinya waktu itu, sangatlah mudah bagi beliau untuk memperoleh sepatu Bally. Misalnya, dengan meminta tolong para duta besar atau pengusaha yang menjadi kenalan Bung Hatta.

Namun, di sinilah letak keistimewaan Bung Hatta. Ia tidak mau meminta sesuatu untuk kepentingan sendiri dari orang lain. Bung Hatta memilih jalan sukar dan lama, yang ternyata gagal karena ia lebih mendahulukan orang lain daripada kepentingannya sendiri.

Pendeknya, itulah keteladanan Bung Hatta, apalagi di tengah carut-marut zaman ini.

Bung Hatta meninggalkan teladan besar, yaitu sikap mendahulukan orang lain, sikap menahan diri dari meminta hibah, bersahaja, dan membatasi konsumsi pada kemampuan yang ada. Kalau belum mampu, harus berdisiplin dengan tidak berutang atau bergantung pada orang lain.

Seandainya bangsa Indonesia dapat meneladani karakter mulia proklamator kemerdekaan ini, seandainya para pemimpin tidak maling, tidak mungkin bangsa dengan sumber alam yang melimpah ini menjadi bangsa terbelakang, melarat, dan nista karena tradisi berutang dan meminta sedekah dari orang asing.


Pendapat Meutia Hatta (Salah satu anak Bung Hatta)

Kesederhanaan keluarga Bung Hatta serta sangat kokohnya mantan wakil presiden itu berpegang pada prinsip mungkin dapat disimak dari penuturan Meutia mengenai kisah sebuah mesin jahit. Sewaktu ayahnya masih menjadi orang nomor dua di republik ini, ternyata untuk membeli sebuah mesin jahit pun tidak bisa dilakukan begitu saja.

Menurut antropolog dari Universitas Indonesia tersebut, ibunya -Rahmi Hatta- harus menabung sedikit demi sedikit dengan cara menyisihkan sebagian dari penghasilan yang diberikan Bung Hatta.

Namun rencana membeli terpaksa ditunda, karena tiba-tiba saja pemerintah waktu itu mengeluarkan kebijakan sanering (pemotongan nilai uang) dari Rp 100 menjadi Rp 1. Akibatnya, nilai tabungan yang sudah dikumpulkan Rahmi menurun dan makin tidak cukup untuk membeli mesin jahit.

"Karena ikut terkena dampak adanya keputusan sanering tersebut, Ibu kemudian bertanya pada Ayah kok tidak segera memberi tahu akan ada sanering. Dengan kalem Ayah menjawab, itu rahasia negara jadi tidak boleh diberitahukan, sekalipun kepada keluarga sendiri" kata istri ekonom Prof Dr Sri-Edi Swasono itu.


Pendapat Ny. Rahmi Hatta (Istri Bung Hatta)

Di tahun 1950-an, ketika Bung Hatta masih menjabat sebagai wakil presiden Republik Indonesia, keteguhan prinsipnya kembali tercermin dalam kehidupan keluarga. Pada saat sekarang, mungkin saja peristiwa yang saya alami itu dapat direnungkan kembali.

Pada suatu waktu, uang Republik Indonesia (ORI) mengalami pemotongan. Seperti halnya para ibu rumah tangga lainnya, di masa itu saya sedang menabung karena saya berniat untuk membeli sebuah mesin jahit. Tentu dapat dibayangkan betapa kecewanya hati saya saat itu. Ketika Bung Hatta pulang dari kantor, saya mengeluh, "Aduh, Ayah ?! Mengapa tidak bilang terlebih dahulu, bahwa akan diadakan pemotongan uang ? Yaaa, uang tabungan kita tidak ada gunanya lagi! Untuk membeli mesin jahit sudah tidak bisa lagi, tidak ada harganya lagi.?"

Keluhan wanita mungkin mempunyai alasan tersendiri. Tetapi seorang pejabat negara seperti Bung Hatta menjawab, "Yuke, seandainya Kak Hatta mengatakan terlebih dahulu kepadamu, nanti pasti hal itu akan disampaikan kepada ibumu. Lalu kalian berdua akan mempersiapkan diri, dan mungkin akan memberi tahu kawan-kawan dekat lainnya. Itu tidak baik!"

Kepentingan negara tidak ada sangkut-pautnya dengan usaha memupuk kepentingan keluarga. Rahasia negara adalah tetap rahasia. Sunggguhpun saya bisa percaya kepadamu, tetapi rahasia ini tidak patut dibocorkan kepada siapapun. Biarlah kita rugi sedikit, demi kepentingan seluruh negara. Kita coba menabung lagi, ya?"

Akhirnya sebagai seorang istri saya sepenuhnya dapat memahami prinsip suami saya itu. Berkat pengalaman hidup bersama bertahun-tahun, keyakinan saya terhadap prinsip Bung Hatta makin besar pula. Prinsip itu juga yang menyadarkan saya, agar saya tidak perlu menghalangi sikapnya ketika Bung Hatta berniat untuk meletakkan jabatannya sebagai wakil Presiden Republik Indonesia.




Kutipan: Saformadianto
diambil dari milis jurnalisme

July 13, 2010

Lirik Lagu "Simfoni Hitam" (Sherina)


Malam sunyi kuimpikanmu
Kulukiskan cita bersama
Namun s'lalu aku bertanya
Adakah aku di mimpimu

Di hatiku terukir namamu
Cinta rindu beradu satu
Namun s'lalu aku bertanya
Adakah aku di hatimu

Reff:
T'lah kunyanyikan alunan-alunan senduku
T'lah kubisikkan cerita-cerita gelapku
T'lah kuabaikan mimpi-mimpi dan ambisiku
Tapi mengapa ku takkan bisa sentuh hatimu

Bila saja kau di sisiku
'Kan ku beri kau segalanya
Namun tak henti aku bertanya
Adakah aku di rindumu

Back to Reff

Tak bisakah kau sedikit saja dengar aku
Dengar simfoniku
Simfoni hanya untukmu....

Back to Reff

T'lah kuabaikan mimpi-mimpi dan ambisiku
Tapi mengapa ku takkan bisa sentuh hatimu

"ISSUE" SEBUAH USAHA RE-BRANDING



Film sebagai sebuah produk manusia, tidak mungkin bisa dilepaskan dari ideologi-ideologi tertentu yang dimiliki oleh pembuat film. Kemunculan ideology-ideologi tertentu dalam film tersebut bisa saja akan terlihat secara eksplisit ataupun juga implisit. Jika secara eksplisit, ideologi tersebut sudah terlihat, maka otomatis penonton akan bisa melakukan seleksi-seleksi seuai dengan kepercayaan yang dimiliki oleh orang tersebut. Namun hal ini menjadi sulit apabila ternyata juga dipahami bahwa film juga memiliki ideologi-ideologi yang “tak terlihat” secara langsung. Penonton film kemudian akan secara tidak langsung akan terpengaruh oleh film tersebut, padahal didalamnya terdapat sebuah pemaknaan yang lainnya.

Oleh karena itu, sudah saatnya penikmat film harus berubah menuju public yang lebih kritis. Film bukan lagi harus dipandang sebagai sebuah teks yang benar-benar mewakili keadaan nyata, namun film harus dipahami sebagai sebuah teks yang memiliki kenyataan atau ideologi-ideologi yang terpendam. Dibutuhkan sebuah masyarakat yang tidak hanya menonton film, kemudian menerimanya begitu saja. Yang dibutuhkan sekarang adalah individu yang melihat film dengan analisis-analisis sehingga ideologi-ideologi dalam film tersebut akan bisa dibaca dengan mudah.

Pemahaman akan ideologi-ideologi tersebut sangan berguna bagi seorang individu. Hal ini bisa terjadi karena film yang juga adalah produk dari media massa, dirasa bisa mempengaruhi publik dalam jumlah yang sangat besar. Sehingga apabila terdapat kesalahan dalam analisis ideologi dalam film, maka akan berpengaruh pada publik dengan jumlah yang sangat besar.

Disinilah kemudian muncul keinginan untuk menganalisis film dengan pisau strukturalisme. Dalam pemahaman strukturalisme sendiri, film seringkali penuh dengan ideologi tersembunyi. Film sebagai sebuah teks yang utuh, seringkali tidak menggambarkan kenyataan dengan sempurna. Oleh karena itu dengan bantuan pendekatan semiotic, maka akan ditemukan ideologi tertentu yang harus digali lebih dalam dengan pemahaman yang memadai tentang konteks lingkungan yang ada pada saat itu.


ISSUE, SEBUAH FILM MENGENAI REPORTER

Film ini diproduksi pada tahun 2005, dengan pemeran utama Tamara Blezinski, Adrian Maulana dan August Melasz. Setting waktu dari film ini adalah sekitar tahun 2004 atau 2005, ketika pada saat itu Indonesia mulai diserang dengan terror bom di seluruh penjuru Indonesia.

Film ini menceritakan tentang perjuangan seorang reporter (Tamara Blezinski) untuk mengungkapkan sebuah rencana peledakan bom di titik-titik strategis di pulau Jawa. Dimulai dari pengungkapan pelaku pembunuhan, lalu didapatkan kenyataan yang lebih lanjut, bahwa CD yang mengungkapkan pelaku pembunuhan tersebut ternyata juga berisi peta lokasi peledakan bom. Kemudian satu persatu terror mulai masuk dalam kehidupan Tamara Blezinski hingga membahayakan nyawa keluarganya.

Film ini dengan runtut menceritakan alur kerja seorang wartawan televisi, sekaligus juga menggambarkan resiko terburuk yang biasa dihadapi oleh reporter. Penonton juga disuguhi mengenai proses yang terjadi sebelum sebuah berita bisa ditampilkan dimasyarakat, mulai dari rapat redaksi, pemilihan reporter, hingga seorang reporter akhirnya bisa berbicara di depan kamera. Bagi mahasiswa jurusan ilmu komunikasi, tentu saja film sangat menarik karena bisa menggambarkan dunia jurnalisme televisi secara gamblang, baik suka maupun dukanya. Mulai dari mendadak terkenal, hingga ancaman dari pihak-pihak yang merasa dirugikan dalam pemberitaan. Dan tentu saja tidak terlupa, film ini juga dibumbui cerita percintaan antara Tamara dan Adrian Maulana yang notabene juga adalah seorang reporter. Walaupun pada akhir cerita Adrian justru terbunuh oleh komplotan peledakan bom.


ISSUE, SEBUAH ANALISIS MENGENAI INSTITUSI

Pada awal cerita, penonton disuguhi dengan kritik-kritik social yang ditujukan kepada bangsa Indonesia. Seperti perkataan yang diucapkan oleh sang pemimpin redaksi ketika kebingungan mencari reporter lapangan.

“Sudah 250 orang, tapi tidak ada satupun orang yang becus,

Parah!!

Ini adalah cermin system pendidikan bangsa kita.

Mereka hanya diajarkan untuk menghapalkan kata, tapi performance zero!!”

Dan juga diperlihatkan gambar ketika Tamara berada di bus dan melihat ada seorang ibu yang menggendong anaknya, namun tidak ada satupun penumpang bus yang mau mempersilahkan ibu tersebut untuk duduk.


Penempatan dua kritik social di awal cerita tersebut menggambarkan bahwa film ini juga peduli dengan keadaan yang ada di lingkungan sekitarnya. Secara jelas digambarkan bahwa film ini juga memiliki keinginan untuk menyadarkan masyarakat mengenai kejadian yang ada di sekitarnya.

Tapi kritik social yang ada pada awal cerita tersebut kemudian menjadi penuh dengan tendensi atau kepentingan-kepentingan tertentu ketika penonton disuguhi dengan gambar dimana gambar-gambar tersebut dengan jelas menggambarkan bahwa film ini dibuat oleh RCTI. Gambar pertama menunjukkan MNC sebagai pemilik baru RCTI pada saat itu, lalu gambar kedua menampilkan studio RCTI, sedangkan gambar ketiga berlatar belakang tempat pengambilan gambar “Who wants To Be A Millionaire” yang pada saat itu adalah program unggulan di RCTI.

Mau tidak mau, penonton harus mengubah mindsetnya tentang film ini. Penonton harus menyadari bahwa film ini adalah sebuah usaha dari RCTI (ataupun MNC yang baru saja mengambil alih kepemilikan RCTI) untuk melakukan re-branding mengenai stasiun televisinya, terutama pada acara berita. Hal ini terasa wajar, karena pada saat itu, RCTI mulai mendapatkan saingan keras dari Liputan 6 SCTV yang adalah tayangan berita yang ditayangkan bersamaan dengan tayangan berita di RCTI.

Sebagai sebuah usaha re-branding, film ini secara garis besar menunjukkan bahwa RCTI akan selalu menyajikan berita yang paling terdepan, walaupun menghadapi ancaman apapun. Bahkan juga ketika reporter menghadapi ancaman bom, maka RCTI akan tetap menyajikan berita yang paling akurat.

Dalam film ini, sejak awal digambarkan bahwa dalam proses pemunculan berita di layer kaca, RCTI selalu melakukan rapat redaksi agar bisa didapatkan topic berita yang memang sedang marak pada saat itu. Pada saat rapat redaksi tersebut, juga terungkap bahwa RCTI juga berkomitmen untuk tidak mengutamakan pemberitaan mengenai politik saja, namun selalu terdapat variasi dalam pemberitaan.

Mengenai personil RCTI sendiri, di dalam film ini digambarkan bahwa seriap individu yang bekerja di RCTI adalah individu yang ulet, tidak kenal lelah bekerja hingga larut malam, kritis, tidak mudah puas, hingga selalu siap untuk bekerja di bawah tekanan deadline. Namun meskipun begitu, keselamatan pekerja masih selalu diutamakan dalam setiap hal. Misalnya ketika Tamara diculik, tempatnya bekerja (yang adalah perwujudan RCTI) akan melakukan segala macam cara agar Tamara bisa bebas. Selain itu juga ketika Adrian Maulana diketahui sedang berada di lokasi yang akan di bom, maka instansi tempatnya bekerja akan berusaha sekuat tenaga untuk menyelamatkannya.

Sebagai sebuah usaha re-branding, film ini terasa cukup sukses untuk membawa pemahaman penonton mengenai bentuk baru dari RCTI. RCTI dengan tegas menyatakan bahwa stasiun televisinya akan terus menghadirkan berita yang actual dan kritis terhadap lingkungan sekitar. RCTI melalui film ini, juga menjamin bahwa setiap berita yang ditayangkan oleh stasiunnya, tidak akan mendapat pengaruh dari manapun. Asas netralitas akan selalu diutamakan dalam setiap pemberitaan.

May 29, 2010

Puisi BJ Habibie (untuk Ainun)




Sebenarnya ini bukan tentang kematianmu, bukan itu.

Karena, aku tahu bahwa semua yang ada pasti menjadi tiada pada akhirnya,

dan kematian adalah sesuatu yang pasti,

dan kali ini adalah giliranmu untuk pergi, aku sangat tahu itu.

Tapi yang membuatku tersentak sedemikian hebat,

adalah kenyataan bahwa kematian benar-benar dapat memutuskan
kebahagiaan dalam diri seseorang, sekejap saja, lalu rasanya mampu
membuatku menjadi nelangsa setengah mati, hatiku seperti tak di
tempatnya, dan tubuhku serasa kosong melompong, hilang isi.

Kau tahu sayang, rasanya seperti angin yang tiba-tiba hilang berganti kemarau gersang.

Pada airmata yang jatuh kali ini, aku selipkan salam perpisahan panjang,

pada kesetiaan yang telah kau ukir, pada kenangan pahit manis selama kau ada,

aku bukan hendak mengeluh, tapi rasanya terlalu sebentar kau disini.

Mereka mengira aku lah kekasih yang baik bagimu sayang,

tanpa mereka sadari, bahwa kaulah yang menjadikan aku kekasih yang baik.

mana mungkin aku setia padahal memang kecenderunganku adalah mendua,
tapi kau ajarkan aku kesetiaan, sehingga aku setia, kau ajarkan aku
arti cinta, sehingga aku mampu mencintaimu seperti ini.

Selamat jalan,

Kau dari-Nya, dan kembali pada-Nya,

kau dulu tiada untukku, dan sekarang kembali tiada.

selamat jalan sayang,

cahaya mataku, penyejuk jiwaku,

selamat jalan,

calon bidadari surgaku ....

BJ.HABIBIE